Februari 18, 2015

PROBLEM ILMU

(Diskusi Ilmiah Bersama Dr. Adian Husaini)

Sebuah kebahagian dapat dirasakan ketika telah banyak peserta diskusi ilmiah yang datang di Hefshcik Distro dalam rangka memperingati 12 tahun INSISTS yang diisi oleh Dr. Adian Husaini, beliau adalah Pendiri INSISTS dan Ketua Program Doktor Pendidikan Islam Universitas Ibnu Khaldun. Jumlah peserta yang datang kurang lebih 90 orang. Menurut panitia penyelenggara diskusi acara yang terselenggarakan termasuk mendadak, tetapi karena kerjasama seluruh pihak, acara tersebut diikuti banyak peserta yang antusias untuk mencari ilmu.
Dr. Adian Husaini pada awal pembukaan diskusi memberikan pengantar yang cukup banyak dan sangat jelas dalam penyampaian materinya. Beliau memaparkan permasalahan – permasalahan yang dihadapi Umat Islam dewasa ini, beliau menjelaskan pendapat Prof. Naquib Al Attas dalam konferensi Pendidikan Islam di Mekah tahun 1977 M bahwa problem Umat Islam perpusat pada hilangnya adab, hal itu terjadi karena kerancuan dalam ilmu. Ilmu merupakan dasar peradaban, jadi apabila terjadi permasalahan dalam ilmu, maka seluruh aspek kehidupan akan mengalami kekacauan dan kerusakan baik dari segi ekonomi, sosial, pendidikan dan politik. Kerancuan ilmu yang dialami adalah terkombinasinya ilmu yang ada dengan pemikiran Barat Sekuler yang asas epistimologi ilmunya bersifat empiris dan rasional, serta membuang jauh metafisika.
Menurut Prof. Naquib Al Attas agar peradaban Islam kembali bangkit maka diperlukan program islamisasi ilmu. Program ini pada intinya merupakan agenda memurnikan ilmu yang ada dari pemikiran kotor seperti sekuler dan liberal, yang kemudian disistemkan ulang agar sesuai dengan konsep Islam. Ilmu dalam Islam memiliki konsep 5 hal, yaitu bersifat tauhidik, kuliyah, objek kajiannya meliputi alam syahadah dan alam ghaibah, menggunakan khabar shadiq disamping menggunakan empiris dan rasional , serta ilmu itu tidak bebas nilai.
Ilmu dalam Islam memiliki ciri tauhidik, yaitu seluruh ilmu yang ada harus memiliki kesatuan yang bertujuan untuk meneguhkan keberadaan Sang Khaliq, sehingga seorang yang menuntut ilmu, selain dia semakin cerdas seharusnya semakin dekat dengan rab nya dan selalu meningkatkan takwa. Jadi apabila ada orang yang menuntut suatu ilmu, tetapi menjadikan dirinya jauh dari Allah, maka ilmu yang dipelajarinya adalah ilmu yang sesat. Kesatuan ilmu dalam Islam menekankan bahwa antara satu ilmu dengan yang lainnya harus ada keterkaitan (terintegrasi), tidak ada pemisahan dalam ilmu, seperti ilmu agama dan umum, adanya linieritas. Karena ilmu dalam Islam bersifat kuliyyah, apabila ditinjau dari bahasa arab kata kuliyyah artinya menyeluruh. Jadi ilmu yang bercabang-cabang itu harus diintegrasikan.
Apabila ditinjau dari kajian ontologi, maka ilmu Islam itu objek kajiannya meliputi alam syahadah (alam yang nampak) yaitu hal-hal yang dapat dilakukan kajiannya dengan metode empiris maupun rasional, dan  alam ghaibah (alam yang tidak nampak) yaitu hal-hal yang dapat dilakukan kajiannya dengan metode khabar shadiq, seperti tentang iman, hari kiamat, qada` dan qadar`, aqidah.
Jika ditinjau dari kajian epistimologi, maka ilmu itu dipelajari dengan menggunakan metode empiris, rasional dan khabar shadiq. Metode khabar shadiq ini merupakan ciri dan sekaligus pembeda dari pemikiran liberal. Sehingga orang Islam tidak boleh meninggalkan Al Quran dan Al Hadis dalam kajian ilmunya, apabila dia mempelajari ilmu matematika maka dapat menggunakan kajian empiris dan rasional, dan apabila dia mempelajari ilmu aqidah maka menggunakan khabar shadiq. Khabar shadiq merupakan tradisi transmisi ilmu yang telah diterapkan para salaf, segala pengetahuan yang berkaitan dengan hal yang ghaibah ketika itu diriwayatkan dengan derajat muthawatir atau hasan maka sudah termasuk ilmu.
Barat Sekuler melakukan kajian terhadap ilmu yang menghandalkan empiris dan rasional berakibat pada kehancuran bagi peradaban mereka. Mereka hanya menerima sebuah pengetahuan bisa menjadi ilmu karena bersifat nyata, dan apabila kita lihat banyak ilmu yang penting terutama berkaitan tentang agama yang tidak dapat  dijangkau dengan metode tersebut. Sehingga mereka bisa menjadi ilmuan tetapi moral mereka bejat bahkan banyak dari mereka menjadi ateis, karena telah membuang jauh konsep agama.
Apabila ditinjau dari sejarah telah terjadi permasalahan ilmu dengan agama di Barat. Pada awalnya seluruh ilmuan harus mengikuti apa yang menjadi keputusan gereja, tetapi dengan berjalananya waktu terjadi perbedaan dan perselisi han antara ilmu dan agama. Sehingga mereka para ilmuan berkesimpulan para ilmuan yang ingin berkembang harus memisahkan dari dari gereja, karena apa yang diputuskan geraja tidak sesuai dengan hasil kajian para ilmuan. Hal ini sangat berbeda dengan Islam. Dari sejak Islam turun sampai abad 21 ini tidak pernah terjadi perselisihan antara Islam dengan ilmu, bahkan Islam mampu memberikan kontribusi besar dalam perkembangan ilmu di setiap peradaban.
Ilmu dalam Islam itu terikat nilai, jadi suatu ilmu itu memiliki tujuan-tujuan yang baik. Tujuan yang berorientasi duniawi ataupun ukhrawiy. Hal ini berbeda dengan pemikiran barat yang menyatakan ilmu itu bebas nilai.
Dengan demikian apabila dikembalikan pada program islamisasi ilmu di atas, maka setiap ilmu yang dapat diislamisasi, harus dibersihkan dari pemikiran liberal sekuler dan pemikiran lain yang berseberangan dengan Islam kemudian dikonsepkan agar sesuai dengan worldview islam. Apabila ada ilmu yang tidak dapat dilakukan islamisasi, maka sebaiknya seorang muslim tidak mempelajari ilmu tersebut karena dapat membahayakan dirinya.
Ilmu yang telah sesuai dengan Islam, dapat dipastikan dapat mewujudkan adab dalam sebuah masyarakat. Adab dalam arti seseorang mampu menempatkan sesuatu pada tempat dan kedudukannya. Seorang akan rajin beribadah karena mengetahui tugas dan kewajiban utamanya, orang akan menghormati guru dan orang tua karena mengetahui keutamaannya, satu keluarga dengan keluarga lain akan hidup berdampingan karena mengetahui hak dan kewajiban masing-masing. Dengan demikian dalam Islam telah diajarkan bahwa ilmu saja belum cukup, perlu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sangat tepat apabila ada kata “iman,ilmu dan amal”.

Tidak ada komentar: