Sebuah
kebahagian dapat dirasakan ketika telah banyak peserta diskusi ilmiah yang
datang di Hefshcik Distro dalam rangka memperingati 12 tahun INSISTS yang diisi
oleh Dr. Adian Husaini, beliau adalah Pendiri INSISTS dan Ketua Program Doktor
Pendidikan Islam Universitas Ibnu Khaldun. Jumlah peserta yang datang kurang
lebih 90 orang. Menurut panitia penyelenggara diskusi acara yang
terselenggarakan termasuk mendadak, tetapi karena kerjasama seluruh pihak, acara
tersebut diikuti banyak peserta yang antusias untuk mencari ilmu.
Dr. Adian
Husaini pada awal pembukaan diskusi memberikan pengantar yang cukup banyak dan
sangat jelas dalam penyampaian materinya. Beliau memaparkan permasalahan –
permasalahan yang dihadapi Umat Islam dewasa ini, beliau menjelaskan pendapat
Prof. Naquib Al Attas dalam konferensi Pendidikan Islam di Mekah tahun 1977 M
bahwa problem Umat Islam perpusat pada hilangnya adab, hal itu terjadi karena kerancuan
dalam ilmu. Ilmu merupakan dasar peradaban, jadi apabila terjadi permasalahan
dalam ilmu, maka seluruh aspek kehidupan akan mengalami kekacauan dan kerusakan
baik dari segi ekonomi, sosial, pendidikan dan politik. Kerancuan ilmu yang
dialami adalah terkombinasinya ilmu yang ada dengan pemikiran Barat Sekuler
yang asas epistimologi ilmunya bersifat empiris dan rasional, serta membuang
jauh metafisika.
Menurut Prof. Naquib
Al Attas agar peradaban Islam kembali bangkit maka diperlukan program
islamisasi ilmu. Program ini pada intinya merupakan agenda memurnikan ilmu yang
ada dari pemikiran kotor seperti sekuler dan liberal, yang kemudian disistemkan
ulang agar sesuai dengan konsep Islam. Ilmu dalam Islam memiliki konsep 5 hal,
yaitu bersifat tauhidik, kuliyah, objek kajiannya meliputi alam syahadah dan
alam ghaibah, menggunakan khabar shadiq disamping menggunakan empiris dan
rasional , serta ilmu itu tidak bebas nilai.
Ilmu dalam
Islam memiliki ciri tauhidik, yaitu seluruh ilmu yang ada harus memiliki
kesatuan yang bertujuan untuk meneguhkan keberadaan Sang Khaliq, sehingga
seorang yang menuntut ilmu, selain dia semakin cerdas seharusnya semakin dekat
dengan rab nya dan selalu meningkatkan takwa. Jadi apabila ada orang yang
menuntut suatu ilmu, tetapi menjadikan dirinya jauh dari Allah, maka ilmu yang
dipelajarinya adalah ilmu yang sesat. Kesatuan ilmu dalam Islam menekankan
bahwa antara satu ilmu dengan yang lainnya harus ada keterkaitan
(terintegrasi), tidak ada pemisahan dalam ilmu, seperti ilmu agama dan umum,
adanya linieritas. Karena ilmu dalam Islam bersifat kuliyyah, apabila ditinjau
dari bahasa arab kata kuliyyah artinya menyeluruh. Jadi ilmu yang bercabang-cabang
itu harus diintegrasikan.
Apabila
ditinjau dari kajian ontologi, maka ilmu Islam itu objek kajiannya meliputi
alam syahadah (alam yang nampak) yaitu hal-hal yang dapat dilakukan
kajiannya dengan metode empiris maupun rasional, dan alam ghaibah (alam yang tidak nampak)
yaitu hal-hal yang dapat dilakukan kajiannya dengan metode khabar shadiq,
seperti tentang iman, hari kiamat, qada` dan qadar`, aqidah.
Jika ditinjau
dari kajian epistimologi, maka ilmu itu dipelajari dengan menggunakan metode
empiris, rasional dan khabar shadiq. Metode khabar shadiq ini merupakan ciri
dan sekaligus pembeda dari pemikiran liberal. Sehingga orang Islam tidak boleh
meninggalkan Al Quran dan Al Hadis dalam kajian ilmunya, apabila dia
mempelajari ilmu matematika maka dapat menggunakan kajian empiris dan rasional,
dan apabila dia mempelajari ilmu aqidah maka menggunakan khabar shadiq. Khabar
shadiq merupakan tradisi transmisi ilmu yang telah diterapkan para salaf,
segala pengetahuan yang berkaitan dengan hal yang ghaibah ketika itu
diriwayatkan dengan derajat muthawatir atau hasan maka sudah
termasuk ilmu.
Barat Sekuler
melakukan kajian terhadap ilmu yang menghandalkan empiris dan rasional
berakibat pada kehancuran bagi peradaban mereka. Mereka hanya menerima sebuah
pengetahuan bisa menjadi ilmu karena bersifat nyata, dan apabila kita lihat
banyak ilmu yang penting terutama berkaitan tentang agama yang tidak dapat dijangkau dengan metode tersebut. Sehingga
mereka bisa menjadi ilmuan tetapi moral mereka bejat bahkan banyak dari mereka
menjadi ateis, karena telah membuang jauh konsep agama.
Apabila
ditinjau dari sejarah telah terjadi permasalahan ilmu dengan agama di Barat.
Pada awalnya seluruh ilmuan harus mengikuti apa yang menjadi keputusan gereja,
tetapi dengan berjalananya waktu terjadi perbedaan dan perselisi han antara
ilmu dan agama. Sehingga mereka para ilmuan berkesimpulan para ilmuan yang
ingin berkembang harus memisahkan dari dari gereja, karena apa yang diputuskan
geraja tidak sesuai dengan hasil kajian para ilmuan. Hal ini sangat berbeda
dengan Islam. Dari sejak Islam turun sampai abad 21 ini tidak pernah terjadi
perselisihan antara Islam dengan ilmu, bahkan Islam mampu memberikan kontribusi
besar dalam perkembangan ilmu di setiap peradaban.
Ilmu dalam
Islam itu terikat nilai, jadi suatu ilmu itu memiliki tujuan-tujuan yang baik. Tujuan
yang berorientasi duniawi ataupun ukhrawiy. Hal ini berbeda
dengan pemikiran barat yang menyatakan ilmu itu bebas nilai.
Dengan demikian
apabila dikembalikan pada program islamisasi ilmu di atas, maka setiap ilmu
yang dapat diislamisasi, harus dibersihkan dari pemikiran liberal sekuler dan
pemikiran lain yang berseberangan dengan Islam kemudian dikonsepkan agar sesuai
dengan worldview islam. Apabila ada ilmu yang tidak dapat dilakukan
islamisasi, maka sebaiknya seorang muslim tidak mempelajari ilmu tersebut
karena dapat membahayakan dirinya.
Ilmu
yang telah sesuai dengan Islam, dapat dipastikan dapat mewujudkan adab dalam
sebuah masyarakat. Adab dalam arti seseorang mampu menempatkan sesuatu
pada tempat dan kedudukannya. Seorang akan rajin beribadah karena mengetahui
tugas dan kewajiban utamanya, orang akan menghormati guru dan orang tua karena
mengetahui keutamaannya, satu keluarga dengan keluarga lain akan hidup
berdampingan karena mengetahui hak dan kewajiban masing-masing. Dengan demikian
dalam Islam telah diajarkan bahwa ilmu saja belum cukup, perlu
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sangat tepat apabila ada kata “iman,ilmu
dan amal”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar