Nabi Ismail menikah dengan seorang putri pemimpin suku Jurhum. Dari
pernikahannya lahir 12 anak yang bernama: Nabit, Qidar, Adbil, Mubsim, Musymi`,
Dauma, Dawam, Masa, Haddad, Tsitsa, Yathur, Nafisy. Setelah Nabi Ismail
meninggal dunia pada usia 137 tahun, urusan Ka`bah diserahkan kepada anaknya
bernama Nabit.
Kekuasaan Ka`bah beralih tangan kepada suku Jurhum setelah Nabit.
Raja yang menguasai Ka`bah dari suku tersebut bernama Al Harits bin Madhadh. Pada
masanya dia memiliki kebijakan bahwa setiap orang yang berdagang harus membayar
pajak 10 persen dari barang niaga mereka. Bersamaan dengan kekuasaan Al Harits,
muncul penguasa baru dari `Amaliq bernama Sumaid bin Haubar. Terjadilah
peperangan di antara 2 kabilah tersebut dan akhirnya suku Jurhum memenangkan
peperangan dan mengukuhkan sebagai penguasa mutlak Ka`bah.
Suku Jurhum perkuasa di Mekah selama 3 abad dan raja terakhir yang
berkuasa dari mereka bernama Harits bin Madhadh Al Ashgar. Selama Jurhum berkuasa
mereka menambah bangunan Ka`bah dan meninggikan lebih dari bangunan Nabi
Ibrahim. Pada penguasa terakhir Jurhum telah banyak melanggar ketentuan, mereka
bersikap buruk terhadap jama`ah haji dan meremehkan tanggung jawab terhadap
Ka`bah. Allah mengirim adzab berupa hujan yang sangat deras dan bencana lain
yang membinasakan mereka (Al Mas`udi , Muruj Adz Dzahab wa Ma`adin Al Jauhar,
Jil II, Hlm. 50).
Kekuasan Ka`bah berganti kepada Iyad bin Nazzar bin Ma`d dan
Mudhar. Mereka berdua saling berperang dan akhirnya dimenangkan oleh
Mudhar. Iyad kemudian menyembunyikan
Hajar Aswad di dalam tanah dan perbuatan itu diketahui perempuan dari Suku
Khuza`ah. Suku Khuza`ah menggunakan kesempatan tersebut, dia akan memberitahukan
letak Hajar Aswad kepada Mudhar jika Suku Khuza`ah mendapatkan hak menjadi
pengurus Ka`bah. Mudhar mengalah dan menyerahkan kepengurusan Ka`bah kepada
Suku Khuza`ah.
Salah satu pemimpin suku Khuza`ah bernama Amr bin Lu`ay melakukan
berjalanan ke Syam. Dia mengunjungi daerah Balqa` dan melihat penduduknya
menyembah berhala. Amr mengira bahwa menyembah berhala merupakan kebaikan dia
akhirnya meminta kepada penduduknya untuk membawa berhala ke Mekah.
Penduduk kota Bal`qa pun memberi sebuah patung bernama Hubal.
Kemudian, Amru bin Lu`ay membawa patung itu ke Mekah untuk diletakkan di Ka`bah
(Al Ya`qubi, Hlm. 21). Amru adalah tokoh pertama yang memulai agama paganisme
di Mekah dan sekitarnya. Karena setelah itu banyak bermunculan berbagai bentuk
berhala yang dibuat oleh masyarakat pada masa itu.
Nantikan tulisan sejarah Ka`bah berikutnya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar