Oktober 10, 2016

PENDIDIK SEJATI

Dari segi bahasa, pendidik adalah orang yang mendidik. Pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Dalam bahasa Inggris dijumpai beberapa kata yang berdekatan artinya dengan pendidik. Kata tersebut seperti teacher yang diartikan guru atau pengajar dan tutor yang berarti guru pribadi atau guru yang mengajar di rumah atau lembaga kursus atau lembaga pendidikan yang bukan sekolah/madrasah.

Dalam bahasa Arab, juga ditemukan beberapa istilah yang memiliki makna pendidik, yaitu ustadz, mudarris,mu’allim, dan mu’addib. Abuddin Nata mengemukakan bahwa kata ustadz jamaknya asātidz yang berarti teacher (guru), professor (guru besar), jenjang di bidang intelektual, pelatih, penulis, dan ilmuwan.
Adapun kata mudarris berarti teacher (pendidik), instructor (pelatih),  lecture (dosen). Sedangkan kata mu’allim yang juga berarti teacher (guru), instructor (pelatih),dan trainer (pemandu).Sementarakata mu’addib berartieducator (pendidik) atau teacher in koranic school (pendidik dalam lembaga pendidikan al-Qur’an).[1]
Adanya perbedaan dalam penggunaan istilah pendidik, juga berangkat dari penggunaan istilah pendidikan yang digunakan. Bagi orang yang berpendapat bahwa istilah yang tepat untuk menggunakan pendidikan adalah tarbiyah, maka seorang pendidik disebut murabbi, jika ta’līm yang dianggap lebih tepat, maka pendidiknya disebut mu’allim, dan jika ta’dīb yang dianggap lebih cocok untuk makna pendidikan, maka pendidik disebut dengan mu’addib. Kata ”murabbi”, -misalnya- sering dijumpai dalam kalimat yang orientasinya lebih mengarah pada pemeliharaan, baik yang bersifat jasmani atau rohani. Pemeliharaan seperti ini terlihat dalam proses orang tua membesarkan anaknya. Mereka tentunya berusaha memberikan pelayanan secara penuh agar anaknya tumbuh dengan fisik yang sehat dan kepribadian serta akhlak terpuji. Hal ini bisa terlihat misalnya dari ajaran Islam tentang pemberian doa untuk orangtua sebagaimana yang tersebut dalam QS. Al-Isra / 17: 24 yang artinya “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku sewaktu kecil”.
Term “mu’addib” mengacu kepada pendidik yang memiliki sifat-sifat rabbany yaitu nama yang diberikan bagi orang-orang yang bijaksana dan terpelajar yang memiliki sikap tanggung jawab yang tinggi serta mempunyai jiwa kasih sayng terhadap peserta didik. Term “mu’addib” bahkan identik dengan pembentukan perilaku atau akhlaq sebagaimana yang tecermin dalam sebuah kalimataddabani rabbi fa ahsana ta’dibi”. Jika pendidikan diistilahkan dengan ta’dib, yang berasal dari kata kerja “addaba” maka kata ta’dib tersebut diartikan sebagai proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik.[2] Kata ta’dib tidak dijumpai langsung dalam al-Qur’an, tetapi pada tingkat operasional, pendidikan dapat dilihat pada praktek yang dilakukan oleh Rasulullah sebagaimana yang termaktub dalam hadits yang disebutkan di atas. Rasul merupakan pendidik agung dalam pandangan pendidikan Islam, sejalan dengan tujuan Allah mengutus beliau kepada manusia yaitu untuk menyempurnakan akhlak.[3]
Sedangkan kata ”mu’allim” memberikan konsekuensi bahwa pendidik adalah seorang yang ‘alim (ilmuwan), menguasai ilmu pengetahuan, kreatif dan memiliki komitmen dalam pengembangan ilmu. Dalam pengertian ini maka seorang pendidik harus kaya dengan ilmu dan aktivitas keilmuan dan ia berusaha untuk memberikan pengetahuannya tersebut kepada peserta didiknya. Dalam Al-Qur’an setidaknya memuat 25 ayat yang mengandung kata “ ’allama”, beberapa dapat disebutkan di sini yakni QS. Al-Baqarah : 31, 32, 239, 251 dan 282, kemudian QS. An-Nisa : 113,  QS. Al-Maidah: 4, QS.Yusuf : 37, 68 dan 101.[4]
Meskipun terdapat berbagai perbedaan istilah, yang jelasnya makna dasar dari masing-masing istilah tersebut terkandung di dalam konsep ”pendidik” dalam pendidikan Islam. Dengan demikian, ”pendidik islam” tidak hanya sebagai orang yang menyampaikan materi  kepada peserta didik (transfer of knowledge), tetapi lebih dari itu ia juga bertugas untuk mengembangkan kemampuan peserta didik secara optimal (tranformation of knowledge) serta menanamkan nilai (internalitation of values) yang berlandaskan kepada ajaran Islam. Tegasnya, seorang pendidik berperan besar dalam menumbuh-kembangkan berbagai potensi positif peserta didik secara optimal sehingga tujuan pendidikan Islam yang ideal dapat diraih.
Dengan demikian, kata pendidik secara fungsional menunjukkan kepada seseorang yang melakukan kegiatan dan memberikan pengetahuan, ketrampilan, pendidikan, pengalaman, dan sebagainya. Orang yang melakukan kegiatan ini bisa siapa saja dan dimana saja. Di rumah orang yang melakukan tugas tersebut adalah kedua orangtua. Karena secara moral dan kewajiban agama merekalah pertamakali yang diserahi tanggung jawab mendidik anaknya. Selanjutnya di sekolah atau madrasah tugas tersebut dilakukan oleh guru, dan di masyarakat dilakukan oleh tokoh masyarakat, ulama, organisasi-organisasi kependidikan dan sebagainya.





[1] Abuddin Nata, M.A. Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Pendidik-Murid, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 41-43
[2] Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), hlm. 90.
[3] Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 125.
[4] Untuk lebih lengkapnya silakan melihat langsung pada buku Ali Audah, Konkordansi Qur’an : Panduan Kata dalam Mencari Ayat Qur’an, (Bogor : Pustaka Litera Antar Nusa, 1996), hlm. 73-74.

Tidak ada komentar: