Antara Sabar dan Syukur
Saudaraku, sudah lama kita kita tidak mengikuti tingkah polah dari mullah kita Nasiruddin Hoja. Tentu saja dibalik tingkah polahnya itu, ada hikmah yang dapat kita petik dan kita jadikan sebagai pelajaran. Hidup. Kali ini, mullah kita berencana untuk memberikan hasil kebunnya kepada baginda Raja Timur Lenk. Berikut kisah selengkapnya:
Atas kemurahan hati sang baginda raja, Nasiruddin Hoja yang dianggap berjasa menjadi penasehat istana akhirnya dihadiahi sebidang kebun yang cukup luas. Tanha itu lalu ditanami berbagai macam bunga dan beraneka rupa buah, diantaranya ada buah ara. Suatu hari, tanaman ara di kebunnya telah berbuah ranum.
“Istriku,” kata Nasiruddin Hoja kepada istrinya, “yuk, kita petik bersama buah ara, untuk kita persembahkan kepada raja, sebagai hadiah dari kita.”
Suami istri itu lantas pergi ke kebun untuk mengumpulkan buah ara. Kala itu istrinya sempat memberi pandangannya. “Nasiruddin,” katanya, “lihat disana, buah pir dan apel juga sudah masak. Sebaiknya kita petik juga beberapa untuk kita hadiahkan kepada sang baginda.”
“Jangan,” tukas Nasiruddin Hoja, “petik saja buah ara seperti yang kuminta”.
Singkat kata singkat cerita, buah ara telah berhasil dikumpulkan, dan Nasiruddin Hoja segera memikulnya ke istana untuk dijadikan persembahan. Celakanya, baginda raja Timur Lenk ternyata tak suka pada buah ara. Oleh karena itu, ketika ia mengetahui bahwa isi keranjang hanya buah ara yang dia tidak suka, langsung ia melemparkan buah ara ke arah Nasiruddin Hoja yang ada di hadapannya.
Tapi, ketika buah ara itu dilemparkan, Nasiruddin Hoja justru mengucapkan: “Alhamdulillah.”
Kaget mendengar jenis ucapan Nasiruddin Hoja, raja melempar lagi wajah penasehatnya itu dengan buah ara. Tapi, kembali Nasiruddin Hoja mengucap syukur, “alhamdulillah.”
Dilempar lagi, bersyukur lagi. Begitu seterusnya sampai buah ara habis ditimpukkan ke muka Nasiruddin Hoja.
“Wahai Nasiruddin,” kata baginda setelah mengakhiri lemparannya, karena sudah tak tersisa buah ara yang dapat dilemparkannya, “kenapa dalam keadaan seperti mu justru kau ucapkan syukur kepada Tuhanmu?”
“Benar baginda, “ sahut Nasiruddin Hoja, “seandainya tadi menuruti nasehat istri hamba, untuk menyertakan buah pir dan apel yang keras sebagai hadiah kepada sang baginda, tentu saat ini muka hamba sudah bonyok dilempari oleh baginda. Hamba bersyukur kepada Allah SWT karena menuruti pendapat hamba sendiri, dengan hanya mempersembahkan buah ara yang lunak ini.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar