Nabi Ibrahim adalah Nabi dan Rasul Allah yang diutus untuk kaumnya
di daerah Babilonia. Beliau hidup di bawah kekuasaan Raja kejam bernama
Namrudz. Ketika Nabi Ibrahim melakukan dakwah di tengah masyarakat Babilonia,
beliau mendapatkan berbagai celaan. Puncak dari tantangan dakwah Nabi Ibrahim
kepada kaumnya adalah dia dibakar oleh Raja Namrudz. Atas izin Allah Nabi
Ibrahim selamat dari siksaan tersebut.
Nabi Ibrahim dan istrinya bernama Sarah menyelamatkan diri ke
negeri Syam. Nabi Ibrahim memutuskan untuk menikah dengan Hajar setelah
mendapatkan saran dari Sarah yang merasa bersalah tidak dapat memberikan
keturunan kepada Nabi Ibrahim. Allah memberikan karunia berupa anak yang sholeh
dari kedua istri beliau. Sarah melahirkan Nabi Ishaq dan
Hajar melahirkan Nabi Ismail.
Sarah merasa tidak nyaman terhadap perlakuan Nabi Ibrahim kepada
Hajar. Dia memerintahkan kepada Nabi Ibrahim untuk mengajak pergi Hajar ke
tempat lain. Nabi Ibrahim membawa istri dan anaknya Ismail ke Mekah dan
meninggalkannya di sana. Sejarawan Al Mas`udi berkata,” Ketika Nabi Ibrahim
meninggalkan putranya, Ismail, dan ibunya, Hajar, di Mekah, ia menyerahkan
nasbi keduanya pada Sang Maha Pencipta. Ia mengikuti petunjuk wahyu dari Allah
bahwasanya ia menemukan sebuah lembah yang tidak ditumbuhi tanaman dan tempat
itu adalah tanah tinggi yang berwarna merah. Maka Nabi Ibrahim menyuruh Hajar
untuk membuat kemah dan menetap di sana bersama Ismail (Al mas`udi dalam Ali
Husni, Sejarah Ka`bah, Hlm. 30).
Hajar dan Nabi Ismail tinggal di Mekah selama beberapa bulan hingga
perbekalan mereka habis. Allah memberikan nikmat kepada mereka berdua dengan
dipancarkannya air zam-zam yang tidak akan habis meskipun telah diambil manusia
dari berbagai zaman. Kabilah yang pertama menemukan perkemahan Hajar adalah
kabilah Jurhum. Mereka meminta izin kepada Hajar untuk tinggal di daerah
zam-zam tersebut. Bayi Ismail tumbuh dewasa di tengah suku Jurhum dan belajar
Bahasa Arab dari mereka.
Nabi Ibrahim merindukan Ismail dan mereka berdua dapat bertemu
lagi. Allah memerintahkan mereka untuk membangun Ka`bah. Nabi Ibrahim mulai
membangun Ka`bah setelah mendapatkan petunjuk dari Malaikat Jibril tentang
lokasi pembangunan Ka`bah. Setelah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail selesai
membangun Ka`bah, mereka diperintahkan menyeru manusia untuk menunaikan ibadah
haji. Sebagaimana firman Allah,” dan serulah manusia untuk menerjakan haji,
niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai
setiap onta yang kurus, merek datan dari segenap penjuru yang jauh.”(QS. Al
Hajj (22):27). Ka`bah yang dibuat Nabi Ibrahim memiliki panjang 30 hasta (1
hasta: 45 cm), tinggi 7 hasta dan lebarnya 32 hasta dengan sebuah pintu dan
belum dieri atap (Ali Husni, Sejarah Ka`bah, Hlm. 42)
Nabi Ibrahim melengkapi Ka`bah dengan Hajar Aswad. Menurut riwayat
Hajar Aswad adalah batu dari langit. Imam At Thabari menyandarkan riwayat
tersebut kepada Ali bin Abi Thalib. Ia berkata,” Nabi Ibrahimlah yang membangun
fondasi Ka`bah, kemudian dia dan Nabi Ismail meninggikan bangunannya sampai
pada posisi rukun Ka`bah. Lalu Nabi Ibrahim berkata kepada Nabi Ismail,” Wahai
anakku! Carilah sebuah batu untuk dijadikan tanda bagi manusia.” Nabi
Ismail pun datang membawa sebuah batu, tetapi Nabi Ibrahim tidak menyukainya. “Carilah
batu yang lain,” Nabi Ismail segera pergi untuk mencari batu yang lain.
Tetapi ketika Nabi Ismail kembali, ia mendapati Nabi Ibrahim sudah meletakkan
batu di tempat itu. Nabi Ismail bertanya,” Siapa yang membawakan batu itu untukmu?,”
Yang membawanya adalah seseorang yang tidak ingin melihatku bersandar padamu
(Jibril) ( Ath Thabari, Tarikh al Umam wa al Muluk, Jil. I, Hlm. 177)
Hajar Aswad adalah batu lonjong yang tidak beraturan. Ciri batu
tersebut di antaranya: 1) berkilau dan berwarna hitam kemerahan yang di atasnya
ada goresan berwarna merah dan kuning, 2) batu Hajar Aswad menyerupai meteor (
Luthfi Jum`ah, Hlm. 59), 3) tingginya 6 jengkal dari tanah yang membuat orang
berbadan tinggi harus merunduk ketika hendak menciumnya dan orang berbadan
kecil harus mendongak, lebarnya sepertiga jengkal (Ibnu Batutah, Muhadzab Rihlah Ibni
Batutah, Hlm. 107). Wa Allahu A`lam (Selesai penulisan di SD Islam Sunan Kalijaga, 10 Maret 2016, 15.30 WIB)
(Nantikan tulisan tentang Sejarah Ka`bah berikutnya.......)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar