KAJIAN ANALISIS SDI AL FATTAH
(Tesis Muh. Abdullah As Syafi`i 2015)
Pendidikan adalah kunci perubahan bagi
setiap bangsa. Pendidikan memberikan kepada anak bangsa tentang hakekat ilmu
dan akhlak yang harus dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat. Mutu
pendidikan harus selalu ditingkatkan dalam rangka menghasilkan SDM berkualitas
yang mampu membawa perubahan di masa mendatang.
Indonesia merupakan negara besar yang
memiliki jumlah penduduk yang banyak dan sumber daya alam yang melimpah. Meski
demikian negara Indonesia masih terbelakang dari negara maju lainnya, salah
satu masalah besar yang dihadapi bangsa Indonesia adalah dekadensi moral yang
menyertai arus globalisasi yang datang dari peradaban barat yang hedonis dan materalistis.
Banyak para pemuda yang putus sekolah, berbuat kerusakan, menyibukkan diri
dengan kegiatan yang sia-sia, hingga akhirnya hilang kesadaran dalam diri
mereka akan peran mereka di masa depan bagi Indonesia.
Solusi yang tepat untuk mengatasi dekadensi
moral bangsa Indonesia adalah dengan memberikan perhatian serius bagi
pendidikan anak bangsa. Seluruh elemen masyarakat harus selalu mendukung
berbagai program yang bertujuan untuk mencerdaskan bangsa. Salah satu lembaga
yang memberikan perhatian dalam pendidikan adalah lembaga sekolah, sebuah
lembaga yang berada di bawah Kementerian Pendidikan yang menyelenggarakan
proses pembelajaran pada waktu tertentu dengan tujuan mencerdaskan bangsa.
A.
Perencanaan dan
Pengimplementasian Kurikulum 2013 Berbasis Syari`ah
SD Islam Al Fattah Surakarta merupakan salah satu sekolah
swasta yang berdiri di bawah naungan Yayasan Islam Al Fattah yang
menyelenggarakan proses pendidikan dalam rangka menyiapkan generasi emas yang
siap menjadi ulama di masa mendatang dan bermanfaat bagi nusa dan bangsa.
Harapan mulia Yayasan Islam Al Fattah itu dapat terlihat dari misi
penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang telah dikelola yaitu untuk
mewujudkan dan mempersiapkan generasi qur`ani yang cerdas, terampil dan
berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari berlandaskan Islam.
Visi yang telah dicanangkan oleh lembaga pendidikan dapat
mencapai keberhasilan apabila dikelola dengan manajemen yang modern dengan
memperhatikan berbagai komponen pembelajaran. Salah satu komponen urgen dalam sistem
pendidikan adalah kurikulum. Kurikulum merupakan perangkat pembelajaran yang
meliputi, visi, misi, tujuan, materi, dan langkah pembelajaran yang telah
disusun dengan melibatkan warga sekolah dan para pemerhati pendidikan. Kurikulum
dalam sebuah sekolah harus dinamis, para guru harus mengembangkan kurikulum
yang ada sesuai dinamika masyarakat dan peserta didik dengan tetap disesuaikan
dengan kultur dan nilai yang melekat pada warga sekolah.
Kurikulum yang dikembangkan di SD Al Fattah adalah kurikulum
syari`ah yang berbasis ta`lim dengan menitik beratkan pada penyampaian
informasi, tarbiyah dengan menitikberatkan pada pembentukan akhlak, dan ta`dib
dengan menitikberatkan pada pengenalan hak dan kewajiban manusia di muka bumi.
Prinsip yang diterapkan dalam pengembangan kurikulum berdasarkan prinsip
robbaniyah. Seluruh aspek dalam kurikulum pendidikan sepenuhnya berdasarkan
nilai-nilai yang terdapat dalam Al Qur`an dan Al Hadis.
Usaha dewan guru dalam merencanakan proses pembelajaran yang
menjadikan Al Qur`an dan Al Hadis sebagai pedoman merupakan salah satu bentuk
praktek dari konsep tauhidik yang menjadi pendekatan kurikulum syari`ah. Konsep
tauhidik merupakan ciri khusus yang melekat pada ilmu dengan asumsi bahwa
seluruh ilmu itu mengantarkan kepada penuntunnya kepada pengakuan adanya Allah
sebagai Sang Khaliq atau pencipta. Sehingga orang yang berilmu seharusnya
semakin dekat dengan Allah. Apabila ada ilmu yang menjadikan orang semakin jauh
dari Allah maka salah satu penyebabnya adalah tidak adanya usaha
pengintegrasian ilmu yang ada. Oleh karena itu pendekatan yang harus dilakukan
adalah melakukan integrasi ilmu.
Guru sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan dalam
rangka mencetak generasi yang mulia sebagaimana dalam UUSPN Nomor 2 Tahun 1989
bahwa pendidikan nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya
yakni manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan mandiri
serta tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan, memiliki tugas menyusun RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) yang bersifat integratif sebelum memulai kegiatan
pembelajaran. Penyusunan RPP melibatkan seluruh guru agar terbentuk satu pola
pikir dalam mengelola pembelajaran di kelas. RPP yang dijadikan acuan adalah yang memuat tentang
dasar Asmaul Husna, dasar Al-Qur’an, dasar sunnah, Kompetensi Inti, Kompetensi
Dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi, pendekatan atau metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber dan media belajar,
dan evaluasi.
Pengintegrasian dapat dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi
sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi
berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar
sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan
demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik
seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia.
Integrasi konsep dasar dapat dilihat dari penyampaian
materi-materi dari masing-masing bidang studi diintegrasikan dengan pemahaman
nilai-nilai ulumuddin. Pelajaran umum diintegrasikan dengan pelajaran
agama, hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya dualisme ilmu pengetahuan. Sebab
pengetahuan umum merupakan ayat kauniyah Allah dan pengetahuan agama merupakan ayat
kauliyah Allah, dan merupakan satu kesatuan materi yang berasal dari Allah swt.
Adapun langkah integrasi antar kompetensi dapat dilihat pada pembelajaran tematik integratif yang menggunakan tema.
Untuk kelas I, II, dan III, keduanya merupakan pemberi makna yang substansial
terhadap mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni-Budaya dan
Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Di sinilah
Kompetensi Dasar dari IPA dan IPS yang diorganisasikan ke mata pelajaran lain
memiliki peran penting sebagai pengikat dan pengembang Kompetensi Dasar mata
pelajaran lainnya.
RPP merupakan komponen penting dalam pembelajaran bagi guru
atau bagi peserta didik. RPP penting bagi guru karena dapat menjadi acuan dalam
proses pembelajaran, memberikan gambaran bagi guru tentang langkah
pembelajaran, mempermudah bagi guru untuk mendalami materi yang akan
disampaikan, menyiapkan berbagai media dan alat pembelajaran yang dibutuhkan,
dan menyediakan berbagai bentuk soal yang dijadikan acuan dalam mengetahui
kompetensi peserta didik pada standar tertentu. Adapun bagi murid RPP dapat
memberikan gambaran baginya untuk menyiapkan materi yang akan dipelajari dalam
satu kali pertemuan dalam kelas.
Pengembangan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dapat
diupayakan oleh para guru dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran
dengan memegang prinsip tanmawiyah. Melakukan perubahan ke arah yang lebih
maju, baik dari isi, metode, maupun sistem secara keseluruhan sejalan dengan
perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan dinamika masyarakat. Namun demikian
perubahan tersebut tetap sejalan dengan nilai-nilai dan Aqidah Islam.
Seorang guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang
baik bagi peserta didiknya dengan mengacu pada RPP yang telah dibuat. Kemampuan
guru dalam mengelola kelas merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh seorang
pendidik sebagaimana tertuang dalam kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik.
Guru sebagai ujung tombak pembelajaran harus memiliki kemampuan khusus terutama
dalam mengajarkan ilmu, mengelola kelas dengan baik, memahami karakteristik
para siswanya agar mampu menentukan materi pembelajaran yang sesuai dengan
perkembangannya dan dapat menerapkan model pembelajaran yang tepat dan relevan
dengan perkembangan dan perubahan zaman yang dinamis.
Salah satu ciri model
pembelajaran yang berkembang adalah student center (menjadikan murid
sebagai sumber belajar) dan guru sebagai fasilitator dalam kegiatan
pembelajaran yang memberikan arahan dan klarifikasi bagi peserta didik. Model
pembelajaran student center memberikan banyak pengalaman bagi peserta
didik karena mereka dituntut untuk mengetahui berbagai hal terutama yang
terkait pembelajaran. Apabila ditinjau dari kurikulum 2013 menuntut para guru
untuk memberikan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Sebuah pendekatan
yang menuntut peserta didik untuk mengamati materi yang dipaparkan guru,
memberikan pertanyaan yang terkait materi, mengeksplorasi berbagai sumber yang
terkait, mengasosiasi sumber yang telah ada, dan mengkomunikasikan hasil
pemikirannya kepada orang lain. Dengan demikian para guru mampu memberikan ilmu
yang holistik bagi siswanya dan penanaman berbagai sifat baik terutama dalam
kerjasama antar teman. Sehingga tercipta pembelajaran yang efektif.
Adapun model pembelajaran yang menggunakan tauhidik dilakukan
dengan pendekatan saintifik dan syar`iyah. Seorang guru mengkaitkan materi yang
disampaikan dengan ayat Al Qur`an dan mata pelajaran lainnya agar terbentuk
kesatuan ilmu dengan proses santifik. Hal itu dapat dilihat pada mata pelajaran
Sains, ketika guru mereview materi sebelumnya yaitu benda-benda yang ada di
Bumi, guru menyebutkan ayat yang berhubungan dengan isi bumi, yaitu surat
Al-Qof ayat 8, yang artinya “Dan
Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami
tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata. ” Pada mata
pelajaran Sains pada materi benda-benda langit, Ustadzah menyebutkan surat
Al-Furqan ayat 61 yang artinya: “Maha
Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan- gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya
matahari dan bulan yang bercahaya ". Kemudian
dihubungkan dengan isi materi bahwa benda-banda langit adalah ciptaan Allah. Pada mata
pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan, Ustadzah menyampaikan surat Al-Fiil
ayat 1, artinya: “Apakah
kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara
bergajah" dan bersama peserta didik membaca surat Al-Fiil.
Ustadzah menceritakan pokok cerita yang terdapat pada isi surat Al-Fiil yaitu
Cerita tentang pasukan bergajah yang diazab oleh Allah s.w.t. dengan
mengirimkan sejenis burung yang menyerang mereka sampai binasa. Kemudian bersama-sama
menyimpulkan dan mengambil hikmahnya. Pada mata
pelajaran Sempoa, Ustadzah menyebutkan dasar Asmaul Husna Al-Hasib dan surat
Al-Nahl ayat 18 yang artinya: “Dan jika kamu menghitung-hitung
nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Adapun pelaksanaan pembelajaran pada kelas I,II,III
sebagaimana kebijakan dari Departemen Pendidikan Nasional
penyampaian materi untuk kelas satu, dua dan tiga pembelajaran dilaksanakan
dengan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu
yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna
bagi siswa dengan kesatuan kompetensi. Kebijakan diberlakukannya pembelajaran
tematik untuk kelas satu, dua dan tiga pada sekolah dasar ini dilatar belakangi
bahwa
anak yang berada di kelas awal sekolah dasar adalah anak yang berada pada
rentangan usia dini. Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran
menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang
paling dekat dengan kehidupan siswa.
Siswa merupakan komponen unik dalam sistem pendidikan, karena
memiliki kekhususan antara satu dengan yang lainnya. Ada siswa yang memiliki
keunggulan di aspek kognitif, dia mampu mengerjakan berbagai soal yang diujikan
oleh gurunya. Ada siswa yang unggul di aspek psikomotorik, dia lebih dominan
untuk bergerak dan berolahraga tetapi mengalami kendala dalam mengikuti
pembelajaran di kelas. Ada siswa yang unggul di aspek afektif, dia sangat tekun
dalam beribadah dan rajin berbuat baik tetapi mengalami masalah dalam belajar
atau kegiatan motorik. Atas dasar perbedaan itu maka diprogramkan kegiatan
ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler memberikan ruang dan tempat bagi
siswa dan siswi untuk mengembangkan kemampuan dirinya sesuai dengan bakat yang
dimiliki. Diharapkan dengan adanya kegiatan tersebut para siswa mampu mendalami
kemampuan atau bakatnya sehingga dapat memberikan manfaat bagi lingkungannya di
masa depan.
Sekolah juga memberikan materi tambahan di
antaranya tafsir, tahsin dan tahfidz sebagai bentuk keunggulan kurikulum
syari`ah. Para guru sangat perhatian terhadap kemampuan baca tulis Al Qur`an
siswanya. Guru menciptakan sistem tanpa kelas
untuk materi iqra`. Kelas diganti dengan level kemampuan membaca iqra yaitu 1-6
jilid. Bagi siswa yang mampu membaca Al Qur`an dengan baik, maka dia dapat
duduk dan bergabung dengan teman kakak kelasnya pada kelas iqra VII meski masih
duduk di kelas II. Begitu juga sebaliknya, ada siswa yang duduk di kelas VI
berada tetapi masih di kelas iqra II karena belum bisa membaca Al Qur`an. Model
pembelajaran seperti dapat menciptakan kompetisi antar siswa dan memberikan
motivasi bagi siswa untuk terus meningkatkan kualitas bacaan Al Qur`annya agar
segera naik tingkat. Siswa yang kurang mampu membaca Al Qur`an akan semakin
bersungguh-sungguh dalam belajar dan siswa yang telah bisa membaca Al Qur`an
akan terus berusaha mempertahankan agar tidak turun kelas iqranya.
Perhatian yang intens terhadap Al Qur`an
bagi siswa merupakan langkah yang tepat untuk mendidik anak-anak di masa
sekarang. Karena dengan Al Qur`an seluruh permasalahan dalam pendidikan dapat
terselesaikan, Al Qur`an memberikan obat untuk penyakit hati, dengan demikian
diharapkan apabila anak telah mampu membaca Al Qur`an, hatinya semakin bersih,
jauh dari sifat malas dan lemah serta mudah diarahkan untuk senantiasa berbuat
baik.
Pengarahan bagi siswa untuk selalu dalam
kebaikan merupakan upaya penanaman nilai dalam rangka mencetak karakater siswa.
Pendidikan dalam kacamata Islam memberikan gambaran yang luas tidak hanya
sekedar proses pemberian ilmu dari guru kepada murid tetapi lebih ditekankan
pada karakter. Penerapan kurikulum Syari`ah sangat terkait dengan penanaman
nilai karakter pada siswa.
Karakter yang diharapkan muncul pada diri
siswa adalah nilai-nilai yang tercermin pada diri Rasulullah, beliau adalah
bukti kongrit pribadi yang berkarakter kuat. Rasulullah memiliki kecerdasan
intelektual yang luas dan berakhlak mulia sehingga ketika beliau masih
menginjak usia remaja telah mendapatkan gelar Al Amin (orang yang dapat
dipercaya). Karakter mulia tersebut merupakan hasil dari proses pendidikan
Allah. Sebagai generasi akhir zaman umat sekarang diwajibkan untuk menjadikan
Rasulullah sebagai uswatun hasanah dalam kehidupan sehari-hari. Seorang muslim
harus mengkaji pribadi Rasulullah dan berusaha meneladaninya.
Sebagai seorang guru yang profesional harus
mampu menginternalisasikan nilai karakter pada diri Nabi Muhammad dalam
kegiatan pembelajaran bagi siswanya. Upaya internalisasi dapat dilihat dari
adanya kegiatan sholat dhuha dan sholat dhuhur secara berjama`ah. Kegiatan ini
merupakan salah satu bentuk penanaman nilai rajin beribadah bagi peserta didik
dengan proses pembiasaan. Dengan adanya kegiatan ibadah ini mampu memberikan
pengalaman bagi siswa untuk meningkatkan kualitas ibadah sholat siswa dan siswi
agar menjadi pribadi yang taat beribadah. Mereka mampu memahami arti penting
ibadah dan mengamalkan ibadah sholat dengan ikhlas karena mengharap ridho Allah
bukan karena taku terhadap perintah orang tua atau guru yang ada di sekolah.
Kegiatan qira`atul qur`an (membaca Al
Qur`an) dan tahfidzul qur`an ( hafalan Al Qur`an) sebelum dan setelah pembelajaran
juga dapat menanamkan Al Qur`an pada diri anak sehingga akhlak dan sikap mereka
merupakan cerminan Al Qur`an. Selain itu diharapkan para siswa memiliki cinta
kepada Al Qur`an sehingga mereka mampu membaca Al Qur`an dengan baik dan
terbiasa untuk membacanya dalam keseharian. Anak yang sudah dekat dengan Al
Qur`an, rajin membacanya, maka diharapkan dia akan mudah diatur dan diarahkan
untuk menjalankan amalan kebaikan.
Kegiatan membaca do`a sebelum dan sesudah
pembelajaran juga sebagai bentuk penanaman karakter mulia sebagai seorang
muslim. Do`a menjadikan seluruh kegiatan yang dilakukan orang Islam semakin
mendapatkan keberkahan dari Allah. Oleh karena itu Rasulullah telah mengajarkan
do`a bagi yang ingin menuntut ilmu agar ilmu yang dipelajari dapat bermanfaat
dan menutup majlis ilmu dengan do`a agar diberkahi atas ilmu yang diperoleh.
Dengan demikian sangat penting bagi guru untuk membiasakan siswanya berdo`a
sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan.
Kegiatan yang merupakan bentuk penanaman
karakter mulia adalah anak diminta memimpin do`a di depan kelas dan anak
diminta adzan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Hal ini menanamkan
pada diri anak untuk memiliki rasa percaya diri di hadapan orang. Percaya diri
sangat penting bagi anak karena dengannya anak akan semakin yakin dengan
usahanya sendiri dan mampu meraih prestasi yang dia cita-citakan.
Merupakan bentuk penanaman nilai percaya
diri pada anak adalah meminta anak untuk menjadi khatib di hadapan
teman-temannya. Diharapkan selain rasa percaya diri tumbuh pada diri anak,
diharapkan mereka juga memiliki pengetahuan tentang cara berdakwah di tengah
masyarakat dan mampu menjadi da`i yang siap untuk mengajak umat dalam kebaikan.
Penanaman akhlak pada anak tidak hanya
cukup di sekolah, tetapi orang tua sebagai pendidik pertama bagi anak harus
ikut serta membantu pendidikan anak dengan selalu memantau dan mengontrol
kegiatan anaknya selama di rumah terutama dalam ibadah dan kebiasan baik
lainnya. Oleh karena itu salah satu cara yang dilakukan guru agar terjalin
kerjasama dengan orang tua untuk mendidik anak adalah dengan menyediakan buku
catatan murid. Orang tua diminta mengisi buku monitoring rumah tersebut sesuai
dengan keseharian anaknya. Kerjasama orang tua dalam hal ini sangat berperan,
karena informasi yang disampaikan dapat dijadikan gambaran bagi guru untuk
memberikan nasehat dan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan amalan yang baik.
Berbagai cara dan upaya yang dilakukan para
guru untuk mencetak generasi rabbani telah diparaktekkan dalam pembelajaran. Model
pembiasaan dan keteladan merupakan cara yang tepat untuk mendidik akhlak anak.
Telah banyak contoh nyata hasil dari pendidikan akhlak masa lalu, salah satunya
pada masa Rasulullah, para sahabat berusaha untuk mencontoh akhlak Nabi Muhammad
dalam kesehariannya sehingga mereka terkenal dengan sahabat yang berkarakter
mulia dan menjadi penghuni syurga.
Seorang guru merupakan aktor utama dalam
pembentukan akhlak siswa dan siswinya. Oleh karena itu guru harus mampu
memberikan contoh atau keteladanan yang mulia bagi siswanya sehingga mereka
akan meneladani dan mentaati gurunya.
Peran guru selain sebagai aktor keteladanan
bagi anak, fasilitator dalam proses pembelajaran, dan inspirator dalam
mengelola kurikulum pembelajaran yang menjadi asas pendidikan, dia dituntut
untuk mampu melaksanakan proses evaluasi pembelajaran.
Kegiatan evaluasi pembelajaran apabila
ditinjau dari skala pelaksanaan terbagi menjadi 5 macam , pretest, postest,
ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester. Pretest
merupakan model evaluasi yang bertujuan agar guru mengetahui kemampuan siswa
sebelum pembelajaran dan siswa memiliki gambaran tentang ilmu yang akan
disampaikan di kelas dengan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya. Postest
adalah bentuk evaluasi di akhir setiap pembelajaran untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam menguasai materi yang baru saja mereka dapatkan dari guru. Ulangan
harian dilakukan guru setelah menyelesaikan 1 materi pembahasan untuk
mengetahui pemahaman siswa pada materi yang disampaikan. Adapun ulangan tengah
dan ulangan akhir semester merupakan bentuk evaluasi yang menguji pemahan siswa
dalam beberapa materi sehingga menjadi acuan bagi guru untuk tindak lanjut pada
tahun pelajaran yang akan dilewati.
Evaluasi apabila ditinjau dari aspek yang
akan diamati dapat terbagi menjadi 3 macam, aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Dalam pembelajaran kurikulum 2013 lebih dikenal dengan aspek
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Aspek pengetahuan menekankan pada kemampun
siswa dalam menguasai materi yang telah disampaikan guru. Apsek sikap
menekankan pada perilaku siswa di sekolah dan rumah. Aspek keterampilan
menekankan pada proses siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru
kepadanya.
Penilaian aspek pengetahuan diterapkan guru
dengan mengadakan kegiatan ulangan harian, ulangan tengah semester atau ulangan
akhir semester. Guru memberikan sejumlah soal tertulis bagi siswanya yang harus
dikerjakan dalam batasan waktu tertentu, dan memberikan sejumlah soal yang
harus dijawab secara lisan.
Penilaian aspek sikap diterapkan guru
dengan mengadakan pengamatan secara langsung atas perilaku siswanya di
sekolahan dan juga mengadakan pengamatan di rumah dengan bantuan buku
monitoring siswa yang diserahkan kepada orang tua siswa.
Penilaian aspek keterampilan diterapkan
guru dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal atau membuat
sebuah proyek yang harus diselesaikan siswa dalam waktu tertentu. Guru menilai
proses pembuatannya dan menilai hasil karya siswanya. Penilaian yang outentik
dan menyeluruh ini dapat menggambarkan kemampuan siswa dan siswi yang belajar
di sekolah dan memungkinkan bagi guru untuk mengidentifikasi kemampuan siswa
dari berbagai ranah.
Evaluasi pembelajaran yang diterapkan oleh
guru berfungsi untuk menggambarkan kemampuan siswa dan siswi dalam kompetensi
tertentu dan menjadi acuan bagi guru untuk menyusun dan merencanakan program
pembelajaran yang berikutnya. Selaian itu guru juga dapat mengetahui
ketercapaian program yang disusun pada awal tahun pembelajaran dari kurikulum
dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun.
B.
Pengevaluasian Kurikulum
2013 Berbasis Syari`ah
Kegiatan
monitoring dan evaluasi merupakan satu kesatuan yang hampir sama. Kegiatan
MONEV diikuti oleh semua Bapak dan Ibu Guru, dan karyawan dan karyawati.
Monitoring
adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengawasi atau memantau proses dan
perkembangan program sekolah atau madrasah. Secara khususnya monitoring
berfokus pada komponen proses pelaksanaan program, baik proses pengambilan keputusan,
pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program, maupun pengelolaan proses belajar
mengajar di sekolah atau madrasah. Sedangkan evaluasi suatu proses sistematis
dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi untuk
mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan program sekolah atau madrasah dalam
rangka untuk keperluan pembuatan keputusan.
Monitoring
dilaksanakan bertujuan untuk supervisi, yaitu untuk mengetahui apakah program
sekolah atau madrasah berjalan sebagaimana yang telah direncanakan. Dengan kata
lain monitoring menekankan pada pemantauan proses pelaksanaan program.
Secara tidak langsung sedapat mungkin tim atau petugas memberikan saran untuk
mengatasi masalah yang terjadi. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah
program sekolah atau madrasah mencapai sasaran yang diharapkan. Kesimpulan
hasil monitoring diharapkan dapat digunakan untuk mengambil keputusan dalam
rangka membantu agar program sekolah atau madrasah berhasil seperti yang
diharapkan. Kesimpulan hasil evaluasi diharapkan untuk mengambil keputusan
tentang program sekolah atau madrasah secara utuh, mulai dari kesesuaian dengan
kebutuhan masyarakat dan tuntutan masa depan (konteks), input, proses, output
yang ditargetkan maupun outcome yang diharapkan.
Pelaksanaan
program supervisi yang dilaksanakan di SD Islam Al Fattah merupakan agenda untuk mengevaluasi
program-program yang telah dilaksanakan. Peran serta semua guru maupun karyawan
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan evaluasi. Akan tetapi kepala sekolah
menjadi supervisor sekaligus evaluator utama dalam pelaksanaan tersebut. Pihak
Yayasan juga turut membantu memberikan spirit maupun evaluasi program yang
sudah terlaksana.
Bentuk
MONEV yang dilaksanakan sekolah dapat
dipaparkan sebagai berikut:
1.
Jenis
Skala Supervisi
a.
Harian
Supervisi
harian yang dilaksanakan berupa kepala sekolah memberikan monitoring langsung
kepada guru maupun karyawan sekolah. Hal ini dilaksanakan dalam bentuk
monitoring langsung per kelas. Kepala sekolah secara umum mengontrol kegiatan
pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Kepala sekolah berwenang memberikan
teguran kepada guru maupun karyawan yang dianggap kurang disiplin maupun
tanggung jawab. Mislanya menegur guru ketika terlambat masuk kelas dan menegur
karyawan yang terlambat ketika datang terlambat.
b.
Mingguan
Supervisi
mingguan dilaksanakan setiap jangka seminggu sekali. Supervisi ini membicarakan
permasalahan-permasalahan kegiatan pembentukan karakter disiplin maupun
tanggung jawab siswa pembelajaran.
c.
Bulanan
Supervisi
yang dilaksanakan setiap bulan sekali tersebut merupakan pengendalian kegiatan
dalam jangka satu bulan. Hal tersebut bertujuan memberikan wacana target pembelajaran.
Guru meninjau hasil pembelajaran selama satu bulan, kemudian memberikan tindak
lanjut atas masukan warga sekolah. Apabila program telah berjalan dengan baik
diadakan kegiatan pengembangan dan apabila program belum berjalan dengan
maksimal maka diadakan peningkatan.
Merupakan
kegiatan evaluasi dan supervisi adalah adanya kegiatan rapat awal tahun yang
diadakan setiap awal tahun pelajaran. Dalam rapat ini membahas tentang
ketercapaian program pembelajaran 1 tahun dan merencanakan berbagai program
yang akan dilaksanakan pada tahun berikutnya.
C.
Problem
Implementasi Kurikulum 2013 Berbasis Syari`ah
Penerapan
kurikulum 2013 berbasis Syari`ah SD Islam Al Fattah dapat digambarkan bahwa
para guru merencanakan kurikulum pembelajaran dengan memperhatikan kesatuan
mata pelajaran yang bersifat tauhidik, proses pembelajaran yang terintegrasi
antar mata pelajaran dan berusaha menggali ayat yang terkait dengan pembahasan
serta penerapan evaluasi pembelajaran yang holistik menilai ranah kognitif,
afektif dan psikomotirk siswa.
Penerapan
kurikulum yang ada di SD Islam Al Fattah meski telah disusun dan diterapkan
secara sistematis ternyata masih mengalami berbagai problem yang harus dicari
solusinya agar mutu pendidikan yang ada menjadi lebih baik. Di antara masalah
yang dihadapi adalah integrasi tema dengan ayat, pembelajaran yang belum sesuai
Kurikulum 2013, penilaian yang belum maksimal, dan buku syari`ah untuk tiap
muatan yang sedikit.
Dalam
penerapan integrasi tema dengan ayat pada tiap muatan tidak semua guru
melakukannya. Guru yang telah memiliki kapasitas ulumudin yang memadai mampu
menerapkan sistem tersebut tetapi bagi guru yang kurang dalam ilmu Al Qur`an
mengalami kesulitan dalam melakukan integrasi. Oleh karena itu kepala sekolah
perlu mengadakan kegiatan pengajian untuk meningkatkan kemampuan para guru
dalam memahami Al Qur`an dan Al Hadis sehingga mereka memiliki bekal yang cukup
untuk merencanakan proses pembelajaran dan memberikan contoh ayat yang sesuai
dengan materi yang diajarkan, atau sekolah menyiapkan guru syar`i, yaitu guru
yang memiliki kemampuan dalam ulumudin terutama Al Qur`an dan Al Hadis dan bertugas
memberikan bantuan kepada guru lain untuk mencari ayat yang sesuai dengan
materi pembahasan.
Secara
umum pembelajaran telah berjalan, tetapi masih mengalami kendala terutama dalam
menerapkan pembelajaran saintifik dan integratif sesuai kurikulum 2013. Guru
yang baru mengenal kurikulum 2013 akan mengalami kesulitan dalam pembelajaran
integratif atau dengan pendekatan saintifik yang mencakup mengamati, menanya,
mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Masalah ini dapat ditangani
dengan cara sekolah mengadakan bimbingan teknis penerapan kurikulum 2013
berbasis syari`ah. Guru dibekali materi yang cukup tentang proses pembelajaran
yang sesuai kurikulum 2013 sehingga mampu menerapkannya dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah.
Penilaian
yang telah diterapkan oleh beberapa guru telah sesuai dengan standar kurikulum
2013, tetapi di lapangan masih banyak guru yang belum mampu menerapkan
penilaian outentik karena minimnya pengetahuan mereka tentang sistem penilaian.
Apabila hal ini dibiarkan berjalan, maka berakibat pada kerancuan penilaian dan
menyebabkan nilai yang diberikan guru kepada siswanya tidak sesuai dengan
realitas yang ada. Oleh karena itu perlu adanya upaya sosialisasi dari kepala
sekolah atau narasumber lain yang dipandang berkompeten dalam penilaian
kurikulum 2013 dan yang terkait dengannya terutama dalam proses penilaian sikap
dan keterampilan serta langkah melakukan konversi dan deskripsi nilai siswa.
Penilaian
sikap menuntu guru untuk mampu mengamati karakter siswa yang sesuai dengan rubrik
penilaian dan guru harus mampu mendeskripsikan nilainya sesuai dengan yang
diamati. Penilaian keterampilan mencakup portofolio, praktek dan proyek,
penilaian ini menuntut guru untuk mengamati kegiatan siswa dalam mengerjakan
tugas dan guru harus mampu mengkonversi nilai yang ada sesuai dengan standar
kurikulum 2013.
Dalam
proses pembelajaran buku menjadi sangat penting karena menjadi sumber
pembelajaran siswa dan guru. Minimnya buku syari`ah harus segera diselesaikan.
Para guru harus segera melakukan tindak progresif dengan menyusun buku ajar
syari`ah sehingga para siswa memiliki buku syari`ah tersebut dan mereka dapat
belajar berbagai materi yang sesuai dengan kompetensi yang diharapkan di kelas
maupun di rumah. Selain itu orang tua siswa dapat mudah mengajarkan anaknya
dengan buku syari`ah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar