November 29, 2015

KURIKULUM 2013 BERBASIS SYARI’AH



 KAJIAN ANALISIS SDI AL FATTAH
(Tesis Muh. Abdullah As Syafi`i 2015)
Pendidikan adalah kunci perubahan bagi setiap bangsa. Pendidikan memberikan kepada anak bangsa tentang hakekat ilmu dan akhlak yang harus dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat. Mutu pendidikan harus selalu ditingkatkan dalam rangka menghasilkan SDM berkualitas yang mampu membawa perubahan di masa mendatang.
Indonesia merupakan negara besar yang memiliki jumlah penduduk yang banyak dan sumber daya alam yang melimpah. Meski demikian negara Indonesia masih terbelakang dari negara maju lainnya, salah satu masalah besar yang dihadapi bangsa Indonesia adalah dekadensi moral yang menyertai arus globalisasi yang datang dari peradaban barat yang hedonis dan materalistis. Banyak para pemuda yang putus sekolah, berbuat kerusakan, menyibukkan diri dengan kegiatan yang sia-sia, hingga akhirnya hilang kesadaran dalam diri mereka akan peran mereka di masa depan bagi Indonesia.
Solusi yang tepat untuk mengatasi dekadensi moral bangsa Indonesia adalah dengan memberikan perhatian serius bagi pendidikan anak bangsa. Seluruh elemen masyarakat harus selalu mendukung berbagai program yang bertujuan untuk mencerdaskan bangsa. Salah satu lembaga yang memberikan perhatian dalam pendidikan adalah lembaga sekolah, sebuah lembaga yang berada di bawah Kementerian Pendidikan yang menyelenggarakan proses pembelajaran pada waktu tertentu dengan tujuan mencerdaskan bangsa.

A.    Perencanaan dan Pengimplementasian Kurikulum 2013 Berbasis Syari`ah
SD Islam Al Fattah Surakarta merupakan salah satu sekolah swasta yang berdiri di bawah naungan Yayasan Islam Al Fattah yang menyelenggarakan proses pendidikan dalam rangka menyiapkan generasi emas yang siap menjadi ulama di masa mendatang dan bermanfaat bagi nusa dan bangsa. Harapan mulia Yayasan Islam Al Fattah itu dapat terlihat dari misi penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang telah dikelola yaitu untuk mewujudkan dan mempersiapkan generasi qur`ani yang cerdas, terampil dan berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari berlandaskan Islam.
Visi yang telah dicanangkan oleh lembaga pendidikan dapat mencapai keberhasilan apabila dikelola dengan manajemen yang modern dengan memperhatikan berbagai komponen pembelajaran. Salah satu komponen urgen dalam sistem pendidikan adalah kurikulum. Kurikulum merupakan perangkat pembelajaran yang meliputi, visi, misi, tujuan, materi, dan langkah pembelajaran yang telah disusun dengan melibatkan warga sekolah dan para pemerhati pendidikan. Kurikulum dalam sebuah sekolah harus dinamis, para guru harus mengembangkan kurikulum yang ada sesuai dinamika masyarakat dan peserta didik dengan tetap disesuaikan dengan kultur dan nilai yang melekat pada warga sekolah.
Kurikulum yang dikembangkan di SD Al Fattah adalah kurikulum syari`ah yang berbasis ta`lim dengan menitik beratkan pada penyampaian informasi, tarbiyah dengan menitikberatkan pada pembentukan akhlak, dan ta`dib dengan menitikberatkan pada pengenalan hak dan kewajiban manusia di muka bumi. Prinsip yang diterapkan dalam pengembangan kurikulum berdasarkan prinsip robbaniyah. Seluruh aspek dalam kurikulum pendidikan sepenuhnya berdasarkan nilai-nilai yang terdapat dalam Al Qur`an dan Al Hadis.
Usaha dewan guru dalam merencanakan proses pembelajaran yang menjadikan Al Qur`an dan Al Hadis sebagai pedoman merupakan salah satu bentuk praktek dari konsep tauhidik yang menjadi pendekatan kurikulum syari`ah. Konsep tauhidik merupakan ciri khusus yang melekat pada ilmu dengan asumsi bahwa seluruh ilmu itu mengantarkan kepada penuntunnya kepada pengakuan adanya Allah sebagai Sang Khaliq atau pencipta. Sehingga orang yang berilmu seharusnya semakin dekat dengan Allah. Apabila ada ilmu yang menjadikan orang semakin jauh dari Allah maka salah satu penyebabnya adalah tidak adanya usaha pengintegrasian ilmu yang ada. Oleh karena itu pendekatan yang harus dilakukan adalah melakukan integrasi ilmu.
Guru sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan dalam rangka mencetak generasi yang mulia sebagaimana dalam UUSPN Nomor 2 Tahun 1989 bahwa pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yakni manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan, memiliki tugas menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang bersifat integratif sebelum memulai kegiatan pembelajaran. Penyusunan RPP melibatkan seluruh guru agar terbentuk satu pola pikir dalam mengelola pembelajaran di kelas. RPP yang dijadikan acuan adalah yang memuat tentang dasar Asmaul Husna, dasar Al-Qur’an, dasar sunnah, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi, pendekatan atau metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber dan media belajar, dan evaluasi.
Pengintegrasian dapat dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia.
Integrasi konsep dasar dapat dilihat dari penyampaian materi-materi dari masing-masing bidang studi diintegrasikan dengan pemahaman nilai-nilai ulumuddin. Pelajaran umum diintegrasikan dengan pelajaran agama, hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya dualisme ilmu pengetahuan. Sebab pengetahuan umum merupakan ayat kauniyah Allah dan pengetahuan agama merupakan ayat kauliyah Allah, dan merupakan satu kesatuan materi yang berasal dari Allah swt.
Adapun langkah integrasi antar kompetensi dapat dilihat pada pembelajaran tematik integratif yang menggunakan tema. Untuk kelas I, II, dan III, keduanya merupakan pemberi makna yang substansial terhadap mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni-Budaya dan Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Di sinilah Kompetensi Dasar dari IPA dan IPS yang diorganisasikan ke mata pelajaran lain memiliki peran penting sebagai pengikat dan pengembang Kompetensi Dasar mata pelajaran lainnya.
RPP merupakan komponen penting dalam pembelajaran bagi guru atau bagi peserta didik. RPP penting bagi guru karena dapat menjadi acuan dalam proses pembelajaran, memberikan gambaran bagi guru tentang langkah pembelajaran, mempermudah bagi guru untuk mendalami materi yang akan disampaikan, menyiapkan berbagai media dan alat pembelajaran yang dibutuhkan, dan menyediakan berbagai bentuk soal yang dijadikan acuan dalam mengetahui kompetensi peserta didik pada standar tertentu. Adapun bagi murid RPP dapat memberikan gambaran baginya untuk menyiapkan materi yang akan dipelajari dalam satu kali pertemuan dalam kelas.
Pengembangan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dapat diupayakan oleh para guru dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dengan memegang prinsip tanmawiyah. Melakukan perubahan ke arah yang lebih maju, baik dari isi, metode, maupun sistem secara keseluruhan sejalan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan dinamika masyarakat. Namun demikian perubahan tersebut tetap sejalan dengan nilai-nilai dan Aqidah Islam.
Seorang guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang baik bagi peserta didiknya dengan mengacu pada RPP yang telah dibuat. Kemampuan guru dalam mengelola kelas merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik sebagaimana tertuang dalam kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik. Guru sebagai ujung tombak pembelajaran harus memiliki kemampuan khusus terutama dalam mengajarkan ilmu, mengelola kelas dengan baik, memahami karakteristik para siswanya agar mampu menentukan materi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangannya dan dapat menerapkan model pembelajaran yang tepat dan relevan dengan perkembangan dan perubahan zaman yang dinamis.
 Salah satu ciri model pembelajaran yang berkembang adalah student center (menjadikan murid sebagai sumber belajar) dan guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran yang memberikan arahan dan klarifikasi bagi peserta didik. Model pembelajaran student center memberikan banyak pengalaman bagi peserta didik karena mereka dituntut untuk mengetahui berbagai hal terutama yang terkait pembelajaran. Apabila ditinjau dari kurikulum 2013 menuntut para guru untuk memberikan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Sebuah pendekatan yang menuntut peserta didik untuk mengamati materi yang dipaparkan guru, memberikan pertanyaan yang terkait materi, mengeksplorasi berbagai sumber yang terkait, mengasosiasi sumber yang telah ada, dan mengkomunikasikan hasil pemikirannya kepada orang lain. Dengan demikian para guru mampu memberikan ilmu yang holistik bagi siswanya dan penanaman berbagai sifat baik terutama dalam kerjasama antar teman. Sehingga tercipta pembelajaran yang efektif.   
Adapun model pembelajaran yang menggunakan tauhidik dilakukan dengan pendekatan saintifik dan syar`iyah. Seorang guru mengkaitkan materi yang disampaikan dengan ayat Al Qur`an dan mata pelajaran lainnya agar terbentuk kesatuan ilmu dengan proses santifik. Hal itu dapat dilihat pada mata pelajaran Sains, ketika guru mereview materi sebelumnya yaitu benda-benda yang ada di Bumi, guru menyebutkan ayat yang berhubungan dengan isi bumi, yaitu surat Al-Qof ayat 8, yang artinya “Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata. ” Pada mata pelajaran Sains pada materi benda-benda langit, Ustadzah menyebutkan surat Al-Furqan ayat 61 yang artinya: “Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan- gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya ". Kemudian dihubungkan dengan isi materi bahwa benda-banda langit adalah ciptaan Allah. Pada mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan, Ustadzah menyampaikan surat Al-Fiil ayat 1, artinya: “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah" dan bersama peserta didik membaca surat Al-Fiil. Ustadzah menceritakan pokok cerita yang terdapat pada isi surat Al-Fiil yaitu Cerita tentang pasukan bergajah yang diazab oleh Allah s.w.t. dengan mengirimkan sejenis burung yang menyerang mereka sampai binasa. Kemudian bersama-sama menyimpulkan dan mengambil hikmahnya. Pada mata pelajaran Sempoa, Ustadzah menyebutkan dasar Asmaul Husna Al-Hasib dan surat Al-Nahl ayat 18 yang artinya: “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Adapun pelaksanaan pembelajaran pada kelas I,II,III sebagaimana kebijakan dari Departemen Pendidikan Nasional penyampaian materi untuk kelas satu, dua dan tiga pembelajaran dilaksanakan dengan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa dengan kesatuan kompetensi. Kebijakan diberlakukannya pembelajaran tematik untuk kelas satu, dua dan tiga pada sekolah dasar ini dilatar belakangi bahwa anak yang berada di kelas awal sekolah dasar adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat dengan kehidupan siswa.
Siswa merupakan komponen unik dalam sistem pendidikan, karena memiliki kekhususan antara satu dengan yang lainnya. Ada siswa yang memiliki keunggulan di aspek kognitif, dia mampu mengerjakan berbagai soal yang diujikan oleh gurunya. Ada siswa yang unggul di aspek psikomotorik, dia lebih dominan untuk bergerak dan berolahraga tetapi mengalami kendala dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Ada siswa yang unggul di aspek afektif, dia sangat tekun dalam beribadah dan rajin berbuat baik tetapi mengalami masalah dalam belajar atau kegiatan motorik. Atas dasar perbedaan itu maka diprogramkan kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler memberikan ruang dan tempat bagi siswa dan siswi untuk mengembangkan kemampuan dirinya sesuai dengan bakat yang dimiliki. Diharapkan dengan adanya kegiatan tersebut para siswa mampu mendalami kemampuan atau bakatnya sehingga dapat memberikan manfaat bagi lingkungannya di masa depan.
Sekolah juga memberikan materi tambahan di antaranya tafsir, tahsin dan tahfidz sebagai bentuk keunggulan kurikulum syari`ah. Para guru sangat perhatian terhadap kemampuan baca tulis Al Qur`an siswanya. Guru  menciptakan sistem tanpa kelas untuk materi iqra`. Kelas diganti dengan level kemampuan membaca iqra yaitu 1-6 jilid. Bagi siswa yang mampu membaca Al Qur`an dengan baik, maka dia dapat duduk dan bergabung dengan teman kakak kelasnya pada kelas iqra VII meski masih duduk di kelas II. Begitu juga sebaliknya, ada siswa yang duduk di kelas VI berada tetapi masih di kelas iqra II karena belum bisa membaca Al Qur`an. Model pembelajaran seperti dapat menciptakan kompetisi antar siswa dan memberikan motivasi bagi siswa untuk terus meningkatkan kualitas bacaan Al Qur`annya agar segera naik tingkat. Siswa yang kurang mampu membaca Al Qur`an akan semakin bersungguh-sungguh dalam belajar dan siswa yang telah bisa membaca Al Qur`an akan terus berusaha mempertahankan agar tidak turun kelas iqranya.
Perhatian yang intens terhadap Al Qur`an bagi siswa merupakan langkah yang tepat untuk mendidik anak-anak di masa sekarang. Karena dengan Al Qur`an seluruh permasalahan dalam pendidikan dapat terselesaikan, Al Qur`an memberikan obat untuk penyakit hati, dengan demikian diharapkan apabila anak telah mampu membaca Al Qur`an, hatinya semakin bersih, jauh dari sifat malas dan lemah serta mudah diarahkan untuk senantiasa berbuat baik.
Pengarahan bagi siswa untuk selalu dalam kebaikan merupakan upaya penanaman nilai dalam rangka mencetak karakater siswa. Pendidikan dalam kacamata Islam memberikan gambaran yang luas tidak hanya sekedar proses pemberian ilmu dari guru kepada murid tetapi lebih ditekankan pada karakter. Penerapan kurikulum Syari`ah sangat terkait dengan penanaman nilai karakter pada siswa.
Karakter yang diharapkan muncul pada diri siswa adalah nilai-nilai yang tercermin pada diri Rasulullah, beliau adalah bukti kongrit pribadi yang berkarakter kuat. Rasulullah memiliki kecerdasan intelektual yang luas dan berakhlak mulia sehingga ketika beliau masih menginjak usia remaja telah mendapatkan gelar Al Amin (orang yang dapat dipercaya). Karakter mulia tersebut merupakan hasil dari proses pendidikan Allah. Sebagai generasi akhir zaman umat sekarang diwajibkan untuk menjadikan Rasulullah sebagai uswatun hasanah dalam kehidupan sehari-hari. Seorang muslim harus mengkaji pribadi Rasulullah dan berusaha meneladaninya.  
Sebagai seorang guru yang profesional harus mampu menginternalisasikan nilai karakter pada diri Nabi Muhammad dalam kegiatan pembelajaran bagi siswanya. Upaya internalisasi dapat dilihat dari adanya kegiatan sholat dhuha dan sholat dhuhur secara berjama`ah. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk penanaman nilai rajin beribadah bagi peserta didik dengan proses pembiasaan. Dengan adanya kegiatan ibadah ini mampu memberikan pengalaman bagi siswa untuk meningkatkan kualitas ibadah sholat siswa dan siswi agar menjadi pribadi yang taat beribadah. Mereka mampu memahami arti penting ibadah dan mengamalkan ibadah sholat dengan ikhlas karena mengharap ridho Allah bukan karena taku terhadap perintah orang tua atau guru yang ada di sekolah.
Kegiatan qira`atul qur`an (membaca Al Qur`an) dan tahfidzul qur`an ( hafalan Al Qur`an) sebelum dan setelah pembelajaran juga dapat menanamkan Al Qur`an pada diri anak sehingga akhlak dan sikap mereka merupakan cerminan Al Qur`an. Selain itu diharapkan para siswa memiliki cinta kepada Al Qur`an sehingga mereka mampu membaca Al Qur`an dengan baik dan terbiasa untuk membacanya dalam keseharian. Anak yang sudah dekat dengan Al Qur`an, rajin membacanya, maka diharapkan dia akan mudah diatur dan diarahkan untuk menjalankan amalan kebaikan.
Kegiatan membaca do`a sebelum dan sesudah pembelajaran juga sebagai bentuk penanaman karakter mulia sebagai seorang muslim. Do`a menjadikan seluruh kegiatan yang dilakukan orang Islam semakin mendapatkan keberkahan dari Allah. Oleh karena itu Rasulullah telah mengajarkan do`a bagi yang ingin menuntut ilmu agar ilmu yang dipelajari dapat bermanfaat dan menutup majlis ilmu dengan do`a agar diberkahi atas ilmu yang diperoleh. Dengan demikian sangat penting bagi guru untuk membiasakan siswanya berdo`a sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan.
Kegiatan yang merupakan bentuk penanaman karakter mulia adalah anak diminta memimpin do`a di depan kelas dan anak diminta adzan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Hal ini menanamkan pada diri anak untuk memiliki rasa percaya diri di hadapan orang. Percaya diri sangat penting bagi anak karena dengannya anak akan semakin yakin dengan usahanya sendiri dan mampu meraih prestasi yang dia cita-citakan.
Merupakan bentuk penanaman nilai percaya diri pada anak adalah meminta anak untuk menjadi khatib di hadapan teman-temannya. Diharapkan selain rasa percaya diri tumbuh pada diri anak, diharapkan mereka juga memiliki pengetahuan tentang cara berdakwah di tengah masyarakat dan mampu menjadi da`i yang siap untuk mengajak umat dalam kebaikan.
Penanaman akhlak pada anak tidak hanya cukup di sekolah, tetapi orang tua sebagai pendidik pertama bagi anak harus ikut serta membantu pendidikan anak dengan selalu memantau dan mengontrol kegiatan anaknya selama di rumah terutama dalam ibadah dan kebiasan baik lainnya. Oleh karena itu salah satu cara yang dilakukan guru agar terjalin kerjasama dengan orang tua untuk mendidik anak adalah dengan menyediakan buku catatan murid. Orang tua diminta mengisi buku monitoring rumah tersebut sesuai dengan keseharian anaknya. Kerjasama orang tua dalam hal ini sangat berperan, karena informasi yang disampaikan dapat dijadikan gambaran bagi guru untuk memberikan nasehat dan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan amalan yang baik.
Berbagai cara dan upaya yang dilakukan para guru untuk mencetak generasi rabbani telah diparaktekkan dalam pembelajaran. Model pembiasaan dan keteladan merupakan cara yang tepat untuk mendidik akhlak anak. Telah banyak contoh nyata hasil dari pendidikan akhlak masa lalu, salah satunya pada masa Rasulullah, para sahabat berusaha untuk mencontoh akhlak Nabi Muhammad dalam kesehariannya sehingga mereka terkenal dengan sahabat yang berkarakter mulia dan menjadi penghuni syurga.
Seorang guru merupakan aktor utama dalam pembentukan akhlak siswa dan siswinya. Oleh karena itu guru harus mampu memberikan contoh atau keteladanan yang mulia bagi siswanya sehingga mereka akan meneladani dan mentaati gurunya.
Peran guru selain sebagai aktor keteladanan bagi anak, fasilitator dalam proses pembelajaran, dan inspirator dalam mengelola kurikulum pembelajaran yang menjadi asas pendidikan, dia dituntut untuk mampu melaksanakan proses evaluasi pembelajaran.
Kegiatan evaluasi pembelajaran apabila ditinjau dari skala pelaksanaan terbagi menjadi 5 macam , pretest, postest, ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester. Pretest merupakan model evaluasi yang bertujuan agar guru mengetahui kemampuan siswa sebelum pembelajaran dan siswa memiliki gambaran tentang ilmu yang akan disampaikan di kelas dengan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya. Postest adalah bentuk evaluasi di akhir setiap pembelajaran untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai materi yang baru saja mereka dapatkan dari guru. Ulangan harian dilakukan guru setelah menyelesaikan 1 materi pembahasan untuk mengetahui pemahaman siswa pada materi yang disampaikan. Adapun ulangan tengah dan ulangan akhir semester merupakan bentuk evaluasi yang menguji pemahan siswa dalam beberapa materi sehingga menjadi acuan bagi guru untuk tindak lanjut pada tahun pelajaran yang akan dilewati.
Evaluasi apabila ditinjau dari aspek yang akan diamati dapat terbagi menjadi 3 macam, aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam pembelajaran kurikulum 2013 lebih dikenal dengan aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. Aspek pengetahuan menekankan pada kemampun siswa dalam menguasai materi yang telah disampaikan guru. Apsek sikap menekankan pada perilaku siswa di sekolah dan rumah. Aspek keterampilan menekankan pada proses siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru kepadanya.
Penilaian aspek pengetahuan diterapkan guru dengan mengadakan kegiatan ulangan harian, ulangan tengah semester atau ulangan akhir semester. Guru memberikan sejumlah soal tertulis bagi siswanya yang harus dikerjakan dalam batasan waktu tertentu, dan memberikan sejumlah soal yang harus dijawab secara lisan.
Penilaian aspek sikap diterapkan guru dengan mengadakan pengamatan secara langsung atas perilaku siswanya di sekolahan dan juga mengadakan pengamatan di rumah dengan bantuan buku monitoring siswa yang diserahkan kepada orang tua siswa.
Penilaian aspek keterampilan diterapkan guru dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal atau membuat sebuah proyek yang harus diselesaikan siswa dalam waktu tertentu. Guru menilai proses pembuatannya dan menilai hasil karya siswanya. Penilaian yang outentik dan menyeluruh ini dapat menggambarkan kemampuan siswa dan siswi yang belajar di sekolah dan memungkinkan bagi guru untuk mengidentifikasi kemampuan siswa dari berbagai ranah.
Evaluasi pembelajaran yang diterapkan oleh guru berfungsi untuk menggambarkan kemampuan siswa dan siswi dalam kompetensi tertentu dan menjadi acuan bagi guru untuk menyusun dan merencanakan program pembelajaran yang berikutnya. Selaian itu guru juga dapat mengetahui ketercapaian program yang disusun pada awal tahun pembelajaran dari kurikulum dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun.
B.     Pengevaluasian Kurikulum 2013 Berbasis Syari`ah
Kegiatan monitoring dan evaluasi merupakan satu kesatuan yang hampir sama. Kegiatan MONEV diikuti oleh semua Bapak dan Ibu Guru, dan karyawan dan karyawati.
Monitoring adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengawasi atau memantau proses dan perkembangan program sekolah atau madrasah. Secara khususnya monitoring berfokus pada komponen proses pelaksanaan program, baik proses pengambilan keputusan, pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program, maupun pengelolaan proses belajar mengajar di sekolah atau madrasah. Sedangkan evaluasi suatu proses sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan program sekolah atau madrasah dalam rangka untuk keperluan pembuatan keputusan.
Monitoring dilaksanakan bertujuan untuk supervisi, yaitu untuk mengetahui apakah program sekolah atau madrasah berjalan sebagaimana yang telah direncanakan. Dengan kata lain monitoring menekankan pada pemantauan proses pelaksanaan program. Secara tidak langsung sedapat mungkin tim atau petugas memberikan saran untuk mengatasi masalah yang terjadi. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah program sekolah atau madrasah mencapai sasaran yang diharapkan. Kesimpulan hasil monitoring diharapkan dapat digunakan untuk mengambil keputusan dalam rangka membantu agar program sekolah atau madrasah berhasil seperti yang diharapkan. Kesimpulan hasil evaluasi diharapkan untuk mengambil keputusan tentang program sekolah atau madrasah secara utuh, mulai dari kesesuaian dengan kebutuhan masyarakat dan tuntutan masa depan (konteks), input, proses, output yang ditargetkan maupun outcome yang diharapkan. 
Pelaksanaan program supervisi yang dilaksanakan di SD Islam Al Fattah merupakan agenda untuk mengevaluasi program-program yang telah dilaksanakan. Peran serta semua guru maupun karyawan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan evaluasi. Akan tetapi kepala sekolah menjadi supervisor sekaligus evaluator utama dalam pelaksanaan tersebut. Pihak Yayasan juga turut membantu memberikan spirit maupun evaluasi program yang sudah terlaksana.
Bentuk MONEV yang dilaksanakan  sekolah dapat dipaparkan sebagai berikut:
1.         Jenis Skala Supervisi
a.         Harian
Supervisi harian yang dilaksanakan berupa kepala sekolah memberikan monitoring langsung kepada guru maupun karyawan sekolah. Hal ini dilaksanakan dalam bentuk monitoring langsung per kelas. Kepala sekolah secara umum mengontrol kegiatan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Kepala sekolah berwenang memberikan teguran kepada guru maupun karyawan yang dianggap kurang disiplin maupun tanggung jawab. Mislanya menegur guru ketika terlambat masuk kelas dan menegur karyawan yang terlambat ketika datang terlambat.
b.         Mingguan
Supervisi mingguan dilaksanakan setiap jangka seminggu sekali. Supervisi ini membicarakan permasalahan-permasalahan kegiatan pembentukan karakter disiplin maupun tanggung jawab siswa pembelajaran.
c.         Bulanan
Supervisi yang dilaksanakan setiap bulan sekali tersebut merupakan pengendalian kegiatan dalam jangka satu bulan. Hal tersebut bertujuan memberikan wacana target pembelajaran. Guru meninjau hasil pembelajaran selama satu bulan, kemudian memberikan tindak lanjut atas masukan warga sekolah. Apabila program telah berjalan dengan baik diadakan kegiatan pengembangan dan apabila program belum berjalan dengan maksimal maka diadakan peningkatan.


Merupakan kegiatan evaluasi dan supervisi adalah adanya kegiatan rapat awal tahun yang diadakan setiap awal tahun pelajaran. Dalam rapat ini membahas tentang ketercapaian program pembelajaran 1 tahun dan merencanakan berbagai program yang akan dilaksanakan pada tahun berikutnya.
C.    Problem Implementasi Kurikulum 2013 Berbasis Syari`ah
Penerapan kurikulum 2013 berbasis Syari`ah SD Islam Al Fattah dapat digambarkan bahwa para guru merencanakan kurikulum pembelajaran dengan memperhatikan kesatuan mata pelajaran yang bersifat tauhidik, proses pembelajaran yang terintegrasi antar mata pelajaran dan berusaha menggali ayat yang terkait dengan pembahasan serta penerapan evaluasi pembelajaran yang holistik menilai ranah kognitif, afektif dan psikomotirk siswa.
Penerapan kurikulum yang ada di SD Islam Al Fattah meski telah disusun dan diterapkan secara sistematis ternyata masih mengalami berbagai problem yang harus dicari solusinya agar mutu pendidikan yang ada menjadi lebih baik. Di antara masalah yang dihadapi adalah integrasi tema dengan ayat, pembelajaran yang belum sesuai Kurikulum 2013, penilaian yang belum maksimal, dan buku syari`ah untuk tiap muatan yang sedikit.
Dalam penerapan integrasi tema dengan ayat pada tiap muatan tidak semua guru melakukannya. Guru yang telah memiliki kapasitas ulumudin yang memadai mampu menerapkan sistem tersebut tetapi bagi guru yang kurang dalam ilmu Al Qur`an mengalami kesulitan dalam melakukan integrasi. Oleh karena itu kepala sekolah perlu mengadakan kegiatan pengajian untuk meningkatkan kemampuan para guru dalam memahami Al Qur`an dan Al Hadis sehingga mereka memiliki bekal yang cukup untuk merencanakan proses pembelajaran dan memberikan contoh ayat yang sesuai dengan materi yang diajarkan, atau sekolah menyiapkan guru syar`i, yaitu guru yang memiliki kemampuan dalam ulumudin terutama Al Qur`an dan Al Hadis dan bertugas memberikan bantuan kepada guru lain untuk mencari ayat yang sesuai dengan materi pembahasan.
Secara umum pembelajaran telah berjalan, tetapi masih mengalami kendala terutama dalam menerapkan pembelajaran saintifik dan integratif sesuai kurikulum 2013. Guru yang baru mengenal kurikulum 2013 akan mengalami kesulitan dalam pembelajaran integratif atau dengan pendekatan saintifik yang mencakup mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Masalah ini dapat ditangani dengan cara sekolah mengadakan bimbingan teknis penerapan kurikulum 2013 berbasis syari`ah. Guru dibekali materi yang cukup tentang proses pembelajaran yang sesuai kurikulum 2013 sehingga mampu menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
Penilaian yang telah diterapkan oleh beberapa guru telah sesuai dengan standar kurikulum 2013, tetapi di lapangan masih banyak guru yang belum mampu menerapkan penilaian outentik karena minimnya pengetahuan mereka tentang sistem penilaian. Apabila hal ini dibiarkan berjalan, maka berakibat pada kerancuan penilaian dan menyebabkan nilai yang diberikan guru kepada siswanya tidak sesuai dengan realitas yang ada. Oleh karena itu perlu adanya upaya sosialisasi dari kepala sekolah atau narasumber lain yang dipandang berkompeten dalam penilaian kurikulum 2013 dan yang terkait dengannya terutama dalam proses penilaian sikap dan keterampilan serta langkah melakukan konversi dan deskripsi nilai siswa.
Penilaian sikap menuntu guru untuk mampu mengamati karakter siswa yang sesuai dengan rubrik penilaian dan guru harus mampu mendeskripsikan nilainya sesuai dengan yang diamati. Penilaian keterampilan mencakup portofolio, praktek dan proyek, penilaian ini menuntut guru untuk mengamati kegiatan siswa dalam mengerjakan tugas dan guru harus mampu mengkonversi nilai yang ada sesuai dengan standar kurikulum 2013.
Dalam proses pembelajaran buku menjadi sangat penting karena menjadi sumber pembelajaran siswa dan guru. Minimnya buku syari`ah harus segera diselesaikan. Para guru harus segera melakukan tindak progresif dengan menyusun buku ajar syari`ah sehingga para siswa memiliki buku syari`ah tersebut dan mereka dapat belajar berbagai materi yang sesuai dengan kompetensi yang diharapkan di kelas maupun di rumah. Selain itu orang tua siswa dapat mudah mengajarkan anaknya dengan buku syari`ah tersebut.


Tidak ada komentar: