Suku Khuza`ah telah menguasai Ka`bah selama lebih dari 5 abad.
Kekuasaan Ka`bah dilanjutkan oleh orang Quraiys. Qushay bin Kilab telah
mengumpulkan seluruh kabilah Mekah di sekitar Ka`bah dan menyatukan mereka sehingga
dapat mengalahkan Khuza`ah. Qushay adalah keturunan Kinanah dan termasuk suku
Quraisy. Nasab suku ini sampai kepada `Adnan hingga Nabi Ismail as. Sebagaimana
hadis Nabi yang artinya,” Allah memilih Kinanah dari keturunan Ismail, dan
memilih Quraisy dari Kinanah, dan memilih Bani Hasyim dari Quraisy, dan
memilihku dari Bani Hasyim, aku adalah yang terbaik dari yang terbaik.”
Ka`bah selama berada di bawah kekuasaan Quraisy mengalami banyak
perubahan. Orang Quraisy merupakan pertama kali yang membuat bangunan di
sekitar Ka`bah. Mereka mendirikan Darun Nadwah yang menjadi tempat berkumpulnya
para pembesar Quraisy. Para pemuka Quraisy membahas kelangsungan Ka`bah dan
berbagai urusan yang menjadi tanggung jawab penduduk Mekah. Selain itu mereka
juga membagi tugas-tugas penting di antaranya: 1) As Sadanah atau al hijabah,
bertuas mengurus Ka`bah, 2) As Siqayah, bertuas menyediakan air bagi jama`ah
haji, 3) Ar Rifadah, bertugas menyiapkan makanan untuk jama`ah haji, 4) Ar
Rayah, bertugas mengibarkan panji perang, 5) Al Qiyadah, bertugas memegang
komando dalam perang atau khafilah dagang, 6) Al Asynaf, bertugas mengawasi
harta-harta benda, 7) Al Qubbah, memegang tanggung jawab ataas keperluan
perang, 8) Al `Ainnah, bertugas memegang tanggung jawab atas hewan tunggangan
pada saat perang, 9) An Nadwah, bertugas mengurus tempat musyawarah dan tempat
berkumpul para pembesar Quraisy, 10) Al Masyurah, bertugas memberi nasehat
dalam masalah-masalah penting, 11) As Shafarah, bertugas menjadi duta untuk
melakukan perundingan, 12) Al Asyar, bertugas mengurus patung-patung pilihan,
13) Al Hukumah, bertugas melerai dan mendamaikan orang-orang yang bertikai, 14)
Al Amwal Al Muhajjarah, bertugas menjaga harta benda yang dipersembahkan untuk
tuhan-tuhan mereka, 15) Al `Imarah, bertugas melarang suara bising dan
keributan di sekitar Ka`bah ( Ibnu `Abdi Rabbih dalam Ali Husni, Sejarah
Ka`bah, Hlm. 83).
Berhala-berhala yang telah ada di Mekah dan sekitarnya yang menjadi
buah tangan penguasa Ka`bah sebelum kaum Quraisy masih tersebar. Di antaranya,
berhala Uzza dan Hubal yang terletak di Mekah, berhala Mannat yang terletak di
Madinah, berhala Latta yang terletak di Thaif. Atas inisiatif pembesar Quraisy
seluruh berhala yang tersebar tersebut dikumpulkan di Mekah. Setelah kebijakan
tersebut diberlakukan, para pembesar Quraisy mendapatkan keutamaan. a) Mekah
menjadi pusat peribadatan masa jahiliyah, 2) Mekah berada di tempat yang cukup
strategis dan adanya kebijakan untuk mengumpulkan seluruh berhala tersebut,
para pengunjung Mekah semakin bertambah banyak sehingga tingkat perekonomian
penduduk jazirah Arab bertambah baik.
Tahun 570 M ada upaya Raja Yaman yang bernama Abrahah ingin
menghancurkan Ka`bah. Atas izin Allah mereka gagal untuk mewujudkan niat buruk
tersebut. Sebelum Raja Abrahah dan pasukannya menyerang Ka`bah, mereka
dilempari batu panas oleh burung yang dikirim Allah. Peristiwa ini menjadi
bukti bahwa Ka`bah selalu dalam perlindungan pemilikinya (Allah).
Puncak kemajuan Mekah dapat terlihat pada saat yang berkuasa Abdul
Muthalib. Kemajuan tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek, a) terjalin
hubungan yang baik dengan Raja Persia dan Romawi sehingga memudahkan untuk
memperlancar dagang kaum Quraisy, b) adanya persatuan antar kabilah sehingga
perekonomian mereka berjalan dengan lancar, c) sistem administrasi yang baik
dengan adanya aggaran dasar dan rencana belanja Mekah.
Kebijakan yang dibuat Abdul Muthalib mendapatkan respon yang baik
dari penduduk Mekah. Masyarakat sangat menghormati Abdul Muthalib sebagai
pemimpin mereka. Kewibaan Abdul Muthalib semakin kuat di tengah masyarakat
ketika dia telah menemukan air zam-zam.
Suatu hari Abdul Muthalib bermimpi ditemui seseorang. Beliau
menuturkan tetang mimpi yang dialami,” Ketika aku sedang tidur di Hijir Ismail,
aku mendengar suara, “galilah thayibah!,” ” Apa itu Thayyibah ?,”.
Tapi orang itu pergi. Dan besoknya, ketika aku tidur, aku kembali mendengar
suara yang sama, “ Galilah Birrah!,” !,” ” Apa itu Birrah ?,”.
Tapi orang itu pergi. Dan besoknya, ketika aku tidur, aku kembali mendengar
suara yang sama,” Galilah Al Madhnunah!,” Apa itu Birrah ?,”.
Tapi orang itu pergi. Dan besoknya, ketika aku tidur, aku kembali mendengar
suara yang sama, Galilah Zam-zam!,” ” Apa itu zam-zam?,” “ Air
yang tidak kering dan tidak meluap, dengannya engkau bisa memberi minum para
jama`ah haji. Letaknya di bawah timbunan kotoran binatang dan darah. Ada di
paruh gagak yang tuli, di sarang semut ( Ibnu Hisyam dalam Ali Husni,
Hlm.130). Abdul Muthalib dan anaknya Al
Haris berhasil menemukan air zam-zam dan penduduk Quraisy merasakan senang atas
prestasi yang diraih pemimpin mereka. Dengan adanya air zam-zam memudahkan
pembesar Quraisy untuk memberi minuman kepada para jama`ah haji yang
mengunjungi Ka`bah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar